Jumat, 11 September 2015

Ame No Pianist Fiksi (cerpen) FF

Buatlah blogger dengan tampilan cantik di sini www.denomex.blogspot.com

                                                                        Ame No Pianist                 







Seperti biasa kegiatan gereja setiap minggu dimulai. Seorang pianist perempuan yang selalu mengiringi nyanyian gereja, dengan lembut dia menyentuh tuts piano , tanpa ku sadari aku selalu memperhatikan wajahnya, senyumnya, sekarang telah aku sadari sekarang dia sudah tumbuh dewasa, kami bukan sahabat ataupun teman masa kecil, hanya saja kami selalu beribadah di gereja yang sama sejak kami masih kecil. Ingin sekali aku dekat dengannya, tapi masih ada keraguan untuk mendekatinya.

“WOI BEBEK” Teriak gadis disebelahku.

“Hah?apa kus?” Ucapku kaget.

“Kus kus lu kira gue kue kukus” Ucapnya manyun.

“Emang bener ya lu mirip tikus,liat aja mulut lu sekarang”

“Lu liatin apaan sih ??????....”

“Kepo lu!”
“Liatin Srikandi sedang memainkan piano” Batinku

“Pelit lu kak.. bete gua sama lu”

“Ya elah ngambek, jangan ngambek dong gua ga ada temennya nih”

“Stttt diem ya” Ucap ibuku.

“Ya mah..” Ucapku dan gadis disebelah ku bersamaan.

Gadis yang ada di sebelahku itu adalah adik ku, Shania Junianatha Angelic dan ibuku, Shania Gracia Angelic dia istri dari ayahku, Nino Hartanto Angelo. umurku dan umur adikku hanya selisih 1 tahun.

Kegiatan gereja pun berakhir, sebelum ku beranjak pulang, orang tua ku menyempatkan diri untuk mengobrol bersama dengan keluarga “Srikandi”.

Eh kak.. tuh cewe cantik tau!” Adikku memberi tau.

“Ga ah biasa aja..” Jawab ku.

“Ga normal ya lu??.."

"Gua normal kus!" Hentakku.

Sembari asik mengobrol dan bercanda dengan adikku, tatapan ku tak lepas darinya yang tepat berada di sisi samping kanan ibunya, dia sedang memegang erat tangan sang ibu, dan mengikuti perbincangan dengan keluarga ku. minggu demi minggu aku lewati tapi keadaan seperti ini tidak berubah, seperti biasa aku hanya mampu melihatnya dari kejauhan.

Minggu ini terasa aneh bagiku. saat acara gereja akan segera mulai, aku tidak melihatnya "kemana dia". akhir-akhir ini dia sering terlihat tidak mengikuti acara gereja.

"Mungkin dia sedang sakit" helaku.

Aku juga seorang pianist, aku sering menggantikan posisi-posisi pianist yang tidak mengikuti acara gereja. Pada minggu ini aku menggantikan dia sebagai pengiring lagu, sering kali aku mengarang beberapa lagu. lagu yang paling aku sukai adalah lagu yang berjudul "Ame No Pianist" yang artinya Sang Pianist Hujan, lagu karanganku sendri.

Minggu ke 2, hal yang sama masih terulang kembali, aku masih belum melihatnya.

                Malampun akhirnya tiba, aku hanya berdua dengan adikku, kedua orang tuaku sedang pergi keluar kota beberapa hari ini. Sambil memikirkannya, akupun melantukan sebuah lagu dengan menggunakan piano.

"Di musim semi angin lembut berhembus.." Hingga lagu selesai.

"Ih.. kok lagunya enak? Judulnya apaan??.." Tanya adikku.

"Judulnya Tooku ni itemo, eh tikus lu ga laper??? Udah malem nih gua belum makan!".

“Iya nih laper, tapi ga ada makanan didapur".

"Yaudah yuk beli nasi goreng diluar”

"Pizza aja pizza, burger  delivery.. ribet amat kudu keluar".

"Eh kus gua ga ada duit beli makanan kek gitu! Kalo ga mau nasi goreng yaudah gua cari makanan sendiri " Ucapku sambil bergegas pergi meninggalkan rumah

"Kudu bisa beli pizza, eeeehhh kok pergi, yaudah lah LAPERNYA GA JADI!! PELIT!!" Ucapnya kecewa dan marah, sambil menahan lapar "kruuukkk.."bunyi perut.

30 menit kemudian.

"Aku pulang, ehhh ngapain lu kaya gitu!!!" Sambutanku sembari terkaget.

"Lapeeeerrrrrrr...!!!!"kruuuk~ Jawab adikku sambil duduk memeluk kakinya dan menghadap ke tembok.

"Makanya jangan sombong, untung gua beli 2".

"Iya deh maaf ya beeekk...".

"Nihhhh makan!!".

Aku berharap diminggu ke 3, aku bisa bertemu dengannya, aku melanjutkan bermain piano, setelah itu aku melanjutkan skripsiku.
               
Aku sangat menantikan hari minggu dimana aku bisa bertemu dengannya, hari demi hari ku lewati. Dimana aku harus fokus dengan masalah skripsi, dan tugas-tugas yang di berikan oleh dosen ku.
Hari minggu yang ku tunggu akhirnya tiba, acara gereja akan segera dimulai. Keluarga ku menempati barisan kedua dari depan, sedangkan keluarga ”Srikandi” menempatkan di barisan pertama.

“ayah, itu keluarganya “Srikandi” kan???..” Tanyaku kepada ayahku.

"iya benar, memangnya ada apa?" Ayahkku menjawab.

"engga, tidak ada apa-apa kok"

Aku belum melihatnya, 5 menit kemudian dia datang bersama kakaknya, sepertinya dia tidak terlihat seperti biasa, kali ini wajahnya terlihat sedih dan murung. Sembari beribadah terkadang aku mencuri pandang untuk memandangnya, aku melihatnya menjatuhkan air mata, acaranya pun selesai.

"Kamu bisa kemari sebentar?"disebuah ruangan, tanya petugas gereja.

"Bisa bisa"jawabku sambil berjalan kearah petugas.

Akupun berjalan cepat ke arahnnya, dan memasuki ruangan. Aku pun terhentak kaget karena aku melihatnya. Kami berada diruangan yang sama, hal itu makin memmbuat ku bingung dan penasaraan.

"Apa yang akan terjadi" batinku.

"Ok baik kalian berdua sudah ada disini, sekarang saya ingin memberi tau sesuatu, baru saja kemarin saya mendapat telpon dari teman saya, yang memiliki konser acara rohani. Teman saya meminta tolong kepada saya, untuk mengirimkan team paduan suara ke acaranya, kami sudah memilih team paduan suaranya, dan kami juga mengirimkan pianist-pianist untuk mengiring team paduan suara. Kami memilih kalian berdua, apa kalian siap dan sanggup?"

“Kira-kira acaranya kapan om?" Srikandi bertanya.

"Minggu depan, dari jam 3 sore hingga jam 8 malam" Jawab petugas gereja, sambil melihat jam.

"Aku siap, tapi itu terlalu singkat, apa kita bisa?" tanyaku.

"Mungkin bisa kalo berusaha" Srikandi menjawab.

"Jadi apa kalian bisa dan sanggup?".

"Bisa.." Jawab kami berdua.

"Ok sekarang saya akan memberikan data data lagunya, nanti kalian pilih dan atur, saya ada acara mendadak jadi kalian saya tinggal dulu, jika kalian bingung telpon saya."

Petugas gereja pun lari tergesah gesah, dan memberikan kami data-data, kami pun memilh milih lagu.
Sekian lama kami memilih akhirnya kami menemukan lagu yang pas dan cocok.

"Kak kayakny ini cocok, coba deh lihat?" Srikandi menjukan sebuah kertas.

"Coba aku lihat,... hmm iya ini cocok" jawab ku sambil gugup.

"Yaudah kak sekarang belajar kuncinya".

"Ok.."

Kami berdua, sama-sama memainkan piano, aku berharap aku bisa lebih dekat lagi dengannya dengan cara seperti ini.

"Kak udah dulu ya, besok kita lanjut latihan lagi."

"Yaudah.."

"Ok, aku pulang duluan ya kak?" Tanya Srikandi sambil tersenyum dan tertawa.

"Iya.."
"Hati-hati ya.."batinku

"Oh iya lupa, kak minta kontak personnya, tadi disuruh sama om Dedi".

"Oh ini 089618........"

"Ini kontak personku 087728......" Srikandi memberikan kertas kecil yang berisi kontak personnya.

"Oh iya makasih ya.." Ungkapanku bahagia.

Akhirnya Srikandi pun pulang dan, dia sempat melambaikan tangannya ke arahku. Aku tidak melihat wajah sedihnya saat tadi latihan, sepertinya dia pandai menyembunyikannya. Selama seminggu kami melakukan latihan bersama.
               
Akhirnya acaranya pun tiba, kami berharap acara yang kami iringi berhasil. Acara pun selesai, lalu kami beranjak pulang, aku pulang bersamanya menggunakan mobilku, kami semakin akrab, kami sering bercanda di dalam mobil.

“Aku tuh suka itu loh kak yang kuning, minion minion taukan kak?” Tanya Srikandi.

“Oh yang BABABABABANANA.. ”jawabku sambil bercanda.

“Iya hahhaha lucu kak”

“Ndel kamu manggil aku jangan pke kak, udah nama aja langsung panggil aku Alan ya?”

“Eh ga enakan toh, kak Alan kan tua dari aku”

“Cuma beda satu tahun” Elakanku.

“Ini beneran gapapa?” Tanya Srikandi, sambil memperlihakan wajah bingung.

“Gapapa..”

“Ok A..alan” Dengan gugup dan tersipu, Srikandi berkata.

“Udah ga usah malu” kataku sambil tertawa.

Kami berdua pun akhirnya terkenal, meskipun hanya sebatas dikota tempat tinggal kami, kami sering mendapat panggilan untuk mengikuti acara-acara kerohanian, kami sudah bekerja sama selama 1,5 tahun. Kini kami semakin dekat dan akrab, kami sering chatting bersama. Tapi terkadang dia tidak dapat berpartisipasi mengikuti acara kerohanian. Dia sering sekali sakit, terkadang aku menyempatkan diri untuk menjenguknya dirumah sakit.
Pada akhirnya kejasama kami berakhir, karena aku harus pergi menlanjutkan perusahaan ayahku. Selama 1 tahun aku di sini, aku dan Srikandi kini kehilang kontak semenjak aku pergi keluar kota. Meskipun aku masih berharap dia menungguku, tapi sepertinya tidak mungkin, karena aku sudah lama tidak bertemu dengannya, seperti melupakannya selama 1 tahun.

Meskipun aku sudah coba untuk melupakanya, entah kenapa aku selalu mengingatnya, melupakan itu adalah hal yang tersakit yang pernah aku alami. Selama 1 tahun aku mencoba untuk tdak menyentuh, dan melupakan piano dari hidupku, karenannya.

23 Agustus aku bersiap untuk pulang kerumah, ke kampung halamanku di Solo, aku merindukan orang-orang yang ada di sekitarku, termasuk orang tua ku yang selalu memanggil ku “Alan..” , dan “Bebek” panggilan kesayangan adikku. Aku merindukan suara mereka, aku merindukan alunan piano yang selalu membuatku tenang. Dan aku akan selalu merindukannya setiap saat dan “Srikandi”

Setibanya dirumah, aku disambut hangat oleh keluarga ku, dan aku mendapatkan pelukan hangat dari seorang adik yg sangat merindukanku.

“Ya ampun BEBEK lu kurusan!!! Stress ya?” Sapaan adikku.

“Kok tau sih Kus, gua nambah ganteng ga??” Candaanku.

“Lu nambah kek bapak-bapak, om om labil”

“Cletukan lu pedes”

25 agustus pun tiba, aku berjalan jalan mengelilingi kota Solo, dimana aku memiliki kenangan yang indah dikota ini selama aku masih disini.

Aku menuju pohon natal yang besar dikota Solo, pohon ini dibuat oleh manusia, ketika menjelang natal , tak lupa aku mengabadikan moment seperti ini, aku duduk di bawah pohon natal yang telah di sediakan kursi, aku fokus memotret kembang api yang sedang meluncur terbang ke atas dan memancarkan warnanya, intu sangat indah, aku pun lelah dan menundukan kepala ku, tidak sengaja aku memperhatikan sepasang kaki yang duduk tidak jauh dari diriku, aku pun mencium aroma parfum yang benar benar tak asing bagi ku.

“Bau parfum ini, aku jadi mengingat dia”Batinku.

Semakin lama aku menjadi penasaran, meskipun ada keraguan yang terlintas dikepalaku.
Aku pun menengok ke arahnya.
                Aku pun terkaget melihatnya, ternyata aku benar benar melihat Srikandi yang memanah hati ini, ya Srikandi ya kulihat ini, sejak dulu hingga sekarang “Andela”

“Ternyata kamu sudah sadar Alan” menyapa dengan senyuman dan suaranya yg lembut dan medhokny yang selalu membuat aku merindukannya.

“Hmm iya maafkan aku, aku tidak tau”

“Iya gapapa kok, kembang apinya bagus ya?” Andela bertanya

“Iya..” Jawab ku

Sekarang aku akan melakukannya. Ini adalah waktu yang tepat

“Aaaa.. ndell, selama ini aku mau terimakasih sama kamu, kamu penyemangat hidupku , dan aku mau jujur aku selalu memperhatikanmu saat digereja” Ungkapanku

“Aku juga selalu memperhatikanmu kok, ketika kamu pergi keluar kota aku selalu nunggu pesan dari kamu, sepertinya kamu sudah menemukan seseorang yang terbaik?”

“Iya, aku sudah menemukannya, tidak ada yang menandinginya dia sangat terbaik untukku, aku suka sama kamu!!!!”

Dia pun terkaget, dan menjawab.

“Aku.....”

dengan waktu yang bersamaan.

“Andela...”terdengar suara laki-laki.


                                                                                     


        SELESAI

tugas cerpen sekolah :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar