Buatlah blogger dengan tampilan cantik di sini www.denomex.blogspot.com
Ame No
Pianist
Seperti biasa
kegiatan gereja setiap minggu dimulai. Seorang pianist perempuan yang selalu
mengiringi nyanyian gereja, dengan lembut dia menyentuh tuts piano , tanpa ku
sadari aku selalu memperhatikan wajahnya, senyumnya, sekarang telah aku sadari
sekarang dia sudah tumbuh dewasa, kami bukan sahabat ataupun teman masa kecil,
hanya saja kami selalu beribadah di gereja yang sama sejak kami masih kecil.
Ingin sekali aku dekat dengannya, tapi masih ada keraguan untuk mendekatinya.
“WOI BEBEK” Teriak
gadis disebelahku.
“Hah?apa kus?” Ucapku
kaget.
“Kus kus lu kira
gue kue kukus” Ucapnya manyun.
“Emang bener ya lu
mirip tikus,liat aja mulut lu sekarang”
“Lu liatin apaan
sih ??????....”
“Kepo lu!”
“Liatin Srikandi
sedang memainkan piano” Batinku
“Pelit lu kak..
bete gua sama lu”
“Ya elah ngambek,
jangan ngambek dong gua ga ada temennya nih”
“Stttt diem ya” Ucap
ibuku.
“Ya mah..” Ucapku
dan gadis disebelah ku bersamaan.
Gadis yang ada di
sebelahku itu adalah adik ku, Shania Junianatha Angelic dan ibuku, Shania
Gracia Angelic dia istri dari ayahku, Nino Hartanto Angelo. umurku dan umur
adikku hanya selisih 1 tahun.
Kegiatan gereja pun
berakhir, sebelum ku beranjak pulang, orang tua ku menyempatkan diri untuk
mengobrol bersama dengan keluarga “Srikandi”.
“Eh kak.. tuh cewe
cantik tau!” Adikku memberi tau.
“Ga ah biasa aja..”
Jawab ku.
“Ga normal ya
lu??.."
"Gua normal
kus!" Hentakku.
Sembari asik
mengobrol dan bercanda dengan adikku, tatapan ku tak lepas darinya yang tepat
berada di sisi samping kanan ibunya, dia sedang memegang erat tangan sang ibu,
dan mengikuti perbincangan dengan keluarga ku. minggu demi minggu aku lewati
tapi keadaan seperti ini tidak berubah, seperti biasa aku hanya mampu
melihatnya dari kejauhan.
Minggu ini terasa
aneh bagiku. saat acara gereja akan segera mulai, aku tidak melihatnya "kemana dia". akhir-akhir ini
dia sering terlihat tidak mengikuti acara gereja.
"Mungkin dia
sedang sakit" helaku.
Aku juga seorang
pianist, aku sering menggantikan posisi-posisi pianist yang tidak mengikuti
acara gereja. Pada minggu ini aku menggantikan dia sebagai pengiring lagu,
sering kali aku mengarang beberapa lagu. lagu yang paling aku sukai adalah lagu
yang berjudul "Ame No Pianist" yang artinya Sang Pianist Hujan, lagu
karanganku sendri.
Minggu ke 2, hal
yang sama masih terulang kembali, aku masih belum melihatnya.
Malampun akhirnya tiba, aku
hanya berdua dengan adikku, kedua orang tuaku sedang pergi keluar kota beberapa
hari ini. Sambil memikirkannya, akupun melantukan sebuah lagu dengan
menggunakan piano.
"Di musim semi
angin lembut berhembus.." Hingga lagu selesai.
"Ih.. kok
lagunya enak? Judulnya apaan??.." Tanya adikku.
"Judulnya Tooku ni itemo, eh tikus lu ga laper???
Udah malem nih gua belum makan!".
“Iya nih laper,
tapi ga ada makanan didapur".
"Yaudah yuk
beli nasi goreng diluar”
"Pizza aja
pizza, burger delivery.. ribet amat kudu
keluar".
"Eh kus gua ga
ada duit beli makanan kek gitu! Kalo ga mau nasi goreng yaudah gua cari makanan
sendiri " Ucapku sambil bergegas pergi meninggalkan rumah
"Kudu bisa
beli pizza, eeeehhh kok pergi, yaudah lah LAPERNYA GA JADI!! PELIT!!" Ucapnya
kecewa dan marah, sambil menahan lapar "kruuukkk.."bunyi
perut.
30 menit kemudian.
"Aku pulang,
ehhh ngapain lu kaya gitu!!!" Sambutanku sembari terkaget.
"Lapeeeerrrrrrr...!!!!"kruuuk~ Jawab adikku sambil duduk
memeluk kakinya dan menghadap ke tembok.
"Makanya
jangan sombong, untung gua beli 2".
"Iya deh maaf
ya beeekk...".
"Nihhhh
makan!!".
Aku berharap
diminggu ke 3, aku bisa bertemu dengannya, aku melanjutkan bermain piano,
setelah itu aku melanjutkan skripsiku.
Aku sangat
menantikan hari minggu dimana aku bisa bertemu dengannya, hari demi hari ku
lewati. Dimana aku harus fokus dengan masalah skripsi, dan tugas-tugas yang di
berikan oleh dosen ku.
Hari minggu yang ku
tunggu akhirnya tiba, acara gereja akan segera dimulai. Keluarga ku menempati
barisan kedua dari depan, sedangkan keluarga ”Srikandi” menempatkan di barisan pertama.
“ayah, itu
keluarganya “Srikandi” kan???..” Tanyaku
kepada ayahku.
"iya benar,
memangnya ada apa?" Ayahkku menjawab.
"engga, tidak
ada apa-apa kok"
Aku belum
melihatnya, 5 menit kemudian dia datang bersama kakaknya, sepertinya dia tidak
terlihat seperti biasa, kali ini wajahnya terlihat sedih dan murung. Sembari
beribadah terkadang aku mencuri pandang untuk memandangnya, aku melihatnya
menjatuhkan air mata, acaranya pun selesai.
"Kamu bisa
kemari sebentar?"disebuah ruangan,
tanya petugas gereja.
"Bisa
bisa"jawabku sambil berjalan kearah petugas.
Akupun berjalan
cepat ke arahnnya, dan memasuki ruangan. Aku pun terhentak kaget karena aku
melihatnya. Kami berada diruangan yang sama, hal itu makin memmbuat ku bingung
dan penasaraan.
"Apa
yang akan terjadi" batinku.
"Ok baik
kalian berdua sudah ada disini, sekarang saya ingin memberi tau sesuatu, baru
saja kemarin saya mendapat telpon dari teman saya, yang memiliki konser acara
rohani. Teman saya meminta tolong kepada saya, untuk mengirimkan team paduan
suara ke acaranya, kami sudah memilih team paduan suaranya, dan kami juga
mengirimkan pianist-pianist untuk mengiring team paduan suara. Kami memilih
kalian berdua, apa kalian siap dan sanggup?"
“Kira-kira acaranya
kapan om?" Srikandi bertanya.
"Minggu depan,
dari jam 3 sore hingga jam 8 malam" Jawab petugas gereja, sambil melihat
jam.
"Aku siap,
tapi itu terlalu singkat, apa kita bisa?" tanyaku.
"Mungkin bisa
kalo berusaha" Srikandi menjawab.
"Jadi apa
kalian bisa dan sanggup?".
"Bisa.." Jawab
kami berdua.
"Ok sekarang
saya akan memberikan data data lagunya, nanti kalian pilih dan atur, saya ada
acara mendadak jadi kalian saya tinggal dulu, jika kalian bingung telpon
saya."
Petugas gereja pun
lari tergesah gesah, dan memberikan kami data-data, kami pun memilh milih lagu.
Sekian lama kami
memilih akhirnya kami menemukan lagu yang pas dan cocok.
"Kak kayakny
ini cocok, coba deh lihat?" Srikandi menjukan sebuah kertas.
"Coba aku
lihat,... hmm iya ini cocok" jawab ku sambil gugup.
"Yaudah kak
sekarang belajar kuncinya".
"Ok.."
Kami berdua,
sama-sama memainkan piano, aku berharap aku bisa lebih dekat lagi dengannya
dengan cara seperti ini.
"Kak udah dulu
ya, besok kita lanjut latihan lagi."
"Yaudah.."
"Ok, aku
pulang duluan ya kak?" Tanya Srikandi sambil tersenyum dan tertawa.
"Iya.."
"Hati-hati
ya.."batinku
"Oh iya lupa,
kak minta kontak personnya, tadi disuruh sama om Dedi".
"Oh ini 089618........"
"Ini kontak
personku 087728......" Srikandi memberikan kertas kecil yang berisi kontak
personnya.
"Oh iya
makasih ya.." Ungkapanku bahagia.
Akhirnya Srikandi
pun pulang dan, dia sempat melambaikan tangannya ke arahku. Aku tidak melihat wajah
sedihnya saat tadi latihan, sepertinya dia pandai menyembunyikannya. Selama
seminggu kami melakukan latihan bersama.
Akhirnya acaranya
pun tiba, kami berharap acara yang kami iringi berhasil. Acara pun selesai,
lalu kami beranjak pulang, aku pulang bersamanya menggunakan mobilku, kami
semakin akrab, kami sering bercanda di dalam mobil.
“Aku tuh suka itu
loh kak yang kuning, minion minion taukan kak?” Tanya Srikandi.
“Oh yang
BABABABABANANA.. ”jawabku sambil bercanda.
“Iya hahhaha lucu
kak”
“Ndel kamu manggil
aku jangan pke kak, udah nama aja langsung panggil aku Alan ya?”
“Eh ga enakan toh,
kak Alan kan tua dari aku”
“Cuma beda satu
tahun” Elakanku.
“Ini beneran
gapapa?” Tanya Srikandi, sambil memperlihakan wajah bingung.
“Gapapa..”
“Ok A..alan” Dengan
gugup dan tersipu, Srikandi berkata.
“Udah ga usah malu”
kataku sambil tertawa.
Kami berdua pun
akhirnya terkenal, meskipun hanya sebatas dikota tempat tinggal kami, kami
sering mendapat panggilan untuk mengikuti acara-acara kerohanian, kami sudah
bekerja sama selama 1,5 tahun. Kini kami semakin dekat dan akrab, kami sering
chatting bersama. Tapi terkadang dia tidak dapat berpartisipasi mengikuti acara
kerohanian. Dia sering sekali sakit, terkadang aku menyempatkan diri untuk
menjenguknya dirumah sakit.
Pada akhirnya
kejasama kami berakhir, karena aku harus pergi menlanjutkan perusahaan ayahku.
Selama 1 tahun aku di sini, aku dan Srikandi kini kehilang kontak semenjak aku
pergi keluar kota. Meskipun aku masih berharap dia menungguku, tapi sepertinya
tidak mungkin, karena aku sudah lama tidak bertemu dengannya, seperti
melupakannya selama 1 tahun.
Meskipun aku sudah
coba untuk melupakanya, entah kenapa aku selalu mengingatnya, melupakan itu
adalah hal yang tersakit yang pernah aku alami. Selama 1 tahun aku mencoba
untuk tdak menyentuh, dan melupakan piano dari hidupku, karenannya.
23 Agustus aku
bersiap untuk pulang kerumah, ke kampung halamanku di Solo, aku merindukan orang-orang
yang ada di sekitarku, termasuk orang tua ku yang selalu memanggil ku “Alan..”
, dan “Bebek” panggilan kesayangan adikku. Aku merindukan suara mereka, aku
merindukan alunan piano yang selalu membuatku tenang. Dan aku akan selalu merindukannya
setiap saat dan “Srikandi”
Setibanya dirumah,
aku disambut hangat oleh keluarga ku, dan aku mendapatkan pelukan hangat dari
seorang adik yg sangat merindukanku.
“Ya ampun BEBEK lu kurusan!!!
Stress ya?” Sapaan adikku.
“Kok tau sih Kus,
gua nambah ganteng ga??” Candaanku.
“Lu nambah kek
bapak-bapak, om om labil”
“Cletukan lu pedes”
25 agustus pun
tiba, aku berjalan jalan mengelilingi kota Solo, dimana aku memiliki kenangan
yang indah dikota ini selama aku masih disini.
Aku menuju pohon
natal yang besar dikota Solo, pohon ini dibuat oleh manusia, ketika menjelang
natal , tak lupa aku mengabadikan moment seperti ini, aku duduk di bawah pohon
natal yang telah di sediakan kursi, aku fokus memotret kembang api yang sedang
meluncur terbang ke atas dan memancarkan warnanya, intu sangat indah, aku pun
lelah dan menundukan kepala ku, tidak sengaja aku memperhatikan sepasang kaki
yang duduk tidak jauh dari diriku, aku pun mencium aroma parfum yang benar
benar tak asing bagi ku.
“Bau parfum ini,
aku jadi mengingat dia”Batinku.
Semakin lama aku
menjadi penasaran, meskipun ada keraguan yang terlintas dikepalaku.
Aku pun menengok ke
arahnya.
Aku pun terkaget melihatnya,
ternyata aku benar benar melihat Srikandi yang memanah hati ini, ya Srikandi ya
kulihat ini, sejak dulu hingga sekarang “Andela”
“Ternyata kamu
sudah sadar Alan” menyapa dengan senyuman dan suaranya yg lembut dan medhokny
yang selalu membuat aku merindukannya.
“Hmm iya maafkan
aku, aku tidak tau”
“Iya gapapa kok,
kembang apinya bagus ya?” Andela bertanya
“Iya..” Jawab ku
Sekarang aku akan
melakukannya. Ini adalah waktu yang tepat
“Aaaa.. ndell,
selama ini aku mau terimakasih sama kamu, kamu penyemangat hidupku , dan aku
mau jujur aku selalu memperhatikanmu saat digereja” Ungkapanku
“Aku juga selalu
memperhatikanmu kok, ketika kamu pergi keluar kota aku selalu nunggu pesan dari
kamu, sepertinya kamu sudah menemukan seseorang yang terbaik?”
“Iya, aku sudah
menemukannya, tidak ada yang menandinginya dia sangat terbaik untukku, aku suka
sama kamu!!!!”
Dia pun terkaget,
dan menjawab.
“Aku.....”
dengan waktu yang
bersamaan.
“Andela...”terdengar
suara laki-laki.
SELESAI
tugas cerpen sekolah :D